pesan

Rabu, 15 Mei 2013

Lima strategi bisnis AirAsia rebut pasar Lion Air


Masuknya maskapai penerbangan murah asal Malaysia, AirAsia di Indonesia pada 2004 lalu telah meramaikan langit Indonesia. Maskapai ini terbilang jeli melihat potensi pasar penerbangan Indonesia yang semakin besar. Khususnya pasar penerbangan murah yang menjadi idola seiring makin besarnya kelompok masyarakat kelas menengah.
Persaingan penerbangan murah atau Low Cost Carrier semakin ketat. Di sektor penerbangan murah ada Lion Air, AirAsia, hingga Citilink. Namun, persaingan panas terjadi antar dua maskapai yakni milik Rusdi Kirana yakni Lion Air dan maskapai yang dinahkodai Tony Fernandes yakni AirAsia.
Genderang perang antara Lion Air dan AirAsia pun terus dibunyikan. Salah satunya keluar dari bos AirAsia Tony Fernandes pada September 2012. Saat itu, Tony secara terang-terangan menyebut bahwa AirAsia adalah pesaing berat Lion Air.
"Kita akan menjadi kompetitif, saya akan menjadi mimpi buruk bagiLion Air di Indonesia," tegas CEO AirAsia Tony Fernandes beberapa waktu lalu.
Meski banyak maskapai penerbangan murah tidak membuat AirAsia gentar untuk mencapai target bisnisnya.
"Saya menyambut baik dengan persaingan makin bagus mencoba memberikan service yang terbaik. Kenyamanan terbaik. Semakin banyak kebebasan untuk memilih semakin bagus inovatifnya," kata Chief Operating Officer AirAsia Indonesia Ridzki Kramadibrata, Senin (22/4).
Ambisi AirAsia menguasai pasar penerbangan nasional makin besar. AirAsia menargetkan menerbangkan 8,5 juta penumpang per tahun. Untuk urusan jumlah penumpang, Lion Air masih menjadi raja penerbangan domestik karena paling banyak mengangkut penumpang. AirAsia pun telah menyiapkan berbagai strategi bisnis untuk merebut pasar yang selama ini dikuasai oleh Lion Air.
Berikut lima strategi bisnis AirAsia untuk merebut pasar Lion Air sekaligus menguasai penerbangan Indonesia.
Bagi anda yang tinggal di Pamulang, Pondok Cabe, Muncul dan sekitarnya, tinggal kontak Tiketclub untuk memesan tiket pesawat.

Sukses terbang perdana, Batik Air incar rute internasional


Setelah mencuri perhatian dengan pembukaan rute perdana penerbangan Jakarta-Manado, kali ini Grup Lion Air melalui maskapai anyarnya Batik Air mengincar rute penerbangan internasional.
Demi mendukung perluasan rute maskapainya, kini perusahaan tengah mempercepat proses ekspansi tersebut.
"Batik Air memang mentargetkan untuk rute ke luar negeri. Saat ini memang dalam proses, namun tidak bisa cepat dan mudah," ujar Direktur Lion Air, Edward Sirait saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Minggu (5/5).
Dia mengharapkan, proses ekspansi tersebut segera terealisasikan agar nantinya dapat melayani penumpang secara keseluruhan. "Belum bisa ditebak sebenarnya waktunya kapan. Namun, memang harus ada persetujuan serta pendaftaran dari Kementerian Perhubungan negara sana dan kitanya," jelas dia.
Sebelumnya Batik Air telah mendulang antusiasme dari penumpang pesawat kelas premium Indonesia. Pada penerbangan pertama, tingkat keterisian kursi Batik Air telah mencapai 80 persen.
Bila anda butuh tiket pesawat tinggal kontak ke Tiketclub. Untuk anda yang tinggal di Pamulang, Pondok Cabe, Muncul dan sekitarnya gratis ongkos antar. Bisa dibayar di tempat.

Kamis, 09 Mei 2013

Batik Air lebih laris, Garuda harus tingkatkan pelayanan


Maskapai penerbangan Batik Air sudah secara resmi terbang perdana beberapa hari lalu. Maskapai yang melayani kelas premium ini mencoba unjuk gigi menantang pemain lama di kelas yang sama. Salah satunya Garuda Indonesia yang juga melayani penerbangan kelas premium.
Kehadiran Batik Air bisa menambah seru persaingan bisnis penerbangan kelas premium. Untuk tahap awal, maskapai ini mencoba membuktikan diri mampu bersaing dengan pemain lama. Dengan indikator tingkat keterisian kursi atau seat load factor yang mencapai 80 persen. Lebih tinggi dari seat load Garuda Indonesia yang sejauh ini hanya 74,5 persen.
Kehadiran pemain-pemain baru dalam persaingan bisnis penerbangan kelas premium, menjadi sinyal bagi pemain lama agar terus berbenah dan meningkatkan kualitas layanan. Hal ini juga berlaku untuk maskapai penerbangan pelat merah Garuda Indonesia yang sejauh ini cukup sukses menjadi penguasa penerbangan kelas premium.
"Saya lihat dari sisi industri dan bisnis, pemain lama dituntut perbaikan pelayanan dengan meningkatkan kualitas untuk bersaing dengan pemain baru," ujar pengamat penerbangan Alvin Lie kepada merdeka.com, Senin (6/5) malam.
Alvin mengakui, sesungguhnya tingginya tingkat keterisian kursi pada maskapai penerbangan Batik Air di awal terbang perdana, belum bisa dijadikan indikator keseriusan Batik Air menantang Garuda Indonesia.
Sebab, perlu dilihat karakteristik penumpang Batik Air, apakah akan tetap setia menggunakan maskapai grup Lion Air ini atau hanya sekadar coba-coba. Menurutnya, banyak penumpang yang sekadar ingin mencoba layanan baru.
"Ya mungkin mereka (penumpang) mau tahu dulu pelayanannya. Nantinya apakah akan naik (Batik Air) lagi atau tidak kan tidak tahu," jelasnya.
Terlebih, Batik Air yang usianya belum seumur jagung, saat ini masih memiliki keterbatasan dari sisi rute dan jumlah pesawat yang kalah banyak dibanding Garuda Indonesia. Tapi, terlepas dari itu, persaingan bisnis penerbangan akan semakin ramai dengan kehadiran pemain baru. Persaingan pun diharapkan lebih sehat.
Dia sendiri tidak bisa memprediksi apakah pemain baru seperti Batik Air mampu menggeser dominasi pemain lama di kelas premium seperti Garuda Indonesia. "Saya kira persaingan itu bagus-bagus saja. Dalam bisnis sangat mungkin pemain baru kalahkan pemain lama tapi tergantung kompetitif atau tidak," katanya.
Menanggapi ini, pihak direksi maskapai penerbangan pelat merah Garuda Indonesia menyatakan tidak takut bersaing dengan maskapai lain termasuk Batik Air walaupun sama-sama melayani penerbangan full service.
Presiden Direktur Garuda Indonesia Emisyah Satar mengatakan, munculnya maskapai-maskapai penerbangan baru akan menjadi tantangan bagi Garuda Indonesia untuk semakin kreatif dan kompetitif.
"Kita lihat pasarnya berkembang dan mau tidak mau konsumen juga bisa memilih sehingga kita pun punya Citilink di LCC (maskapai penerbangan murah), ya tidak apa-apa. Bagi kita kompetisi itu membuat orang lebih kompetitif dan kreatif, sehingga kita akan bekerja lebih keras," kata Emir di Sampoerna Strategic Square, Jakarta, Kamis (2/4).
Menghadapi persaingan tersebut, Garuda Indonesia telah menyiapkan beberapa strategi, antara lain adalah meluncurkan produk layanan First Class Service, dan mengembangkan jalur penerbangan ke London. "Tentunya kita akan mengimprove produk service kita, kita akan menyiapkan berikan pelayanan lebih bagus ke penumpang-penumpang kita," tutur Emir.
Selain itu, Garuda Indonesia juga akan mendatangkan sebanyak 39 pesawat tahun ini untuk mendukung ekspansi bisnis perseroan.