pesan

Kamis, 09 Mei 2013

Batik Air lebih laris, Garuda harus tingkatkan pelayanan


Maskapai penerbangan Batik Air sudah secara resmi terbang perdana beberapa hari lalu. Maskapai yang melayani kelas premium ini mencoba unjuk gigi menantang pemain lama di kelas yang sama. Salah satunya Garuda Indonesia yang juga melayani penerbangan kelas premium.
Kehadiran Batik Air bisa menambah seru persaingan bisnis penerbangan kelas premium. Untuk tahap awal, maskapai ini mencoba membuktikan diri mampu bersaing dengan pemain lama. Dengan indikator tingkat keterisian kursi atau seat load factor yang mencapai 80 persen. Lebih tinggi dari seat load Garuda Indonesia yang sejauh ini hanya 74,5 persen.
Kehadiran pemain-pemain baru dalam persaingan bisnis penerbangan kelas premium, menjadi sinyal bagi pemain lama agar terus berbenah dan meningkatkan kualitas layanan. Hal ini juga berlaku untuk maskapai penerbangan pelat merah Garuda Indonesia yang sejauh ini cukup sukses menjadi penguasa penerbangan kelas premium.
"Saya lihat dari sisi industri dan bisnis, pemain lama dituntut perbaikan pelayanan dengan meningkatkan kualitas untuk bersaing dengan pemain baru," ujar pengamat penerbangan Alvin Lie kepada merdeka.com, Senin (6/5) malam.
Alvin mengakui, sesungguhnya tingginya tingkat keterisian kursi pada maskapai penerbangan Batik Air di awal terbang perdana, belum bisa dijadikan indikator keseriusan Batik Air menantang Garuda Indonesia.
Sebab, perlu dilihat karakteristik penumpang Batik Air, apakah akan tetap setia menggunakan maskapai grup Lion Air ini atau hanya sekadar coba-coba. Menurutnya, banyak penumpang yang sekadar ingin mencoba layanan baru.
"Ya mungkin mereka (penumpang) mau tahu dulu pelayanannya. Nantinya apakah akan naik (Batik Air) lagi atau tidak kan tidak tahu," jelasnya.
Terlebih, Batik Air yang usianya belum seumur jagung, saat ini masih memiliki keterbatasan dari sisi rute dan jumlah pesawat yang kalah banyak dibanding Garuda Indonesia. Tapi, terlepas dari itu, persaingan bisnis penerbangan akan semakin ramai dengan kehadiran pemain baru. Persaingan pun diharapkan lebih sehat.
Dia sendiri tidak bisa memprediksi apakah pemain baru seperti Batik Air mampu menggeser dominasi pemain lama di kelas premium seperti Garuda Indonesia. "Saya kira persaingan itu bagus-bagus saja. Dalam bisnis sangat mungkin pemain baru kalahkan pemain lama tapi tergantung kompetitif atau tidak," katanya.
Menanggapi ini, pihak direksi maskapai penerbangan pelat merah Garuda Indonesia menyatakan tidak takut bersaing dengan maskapai lain termasuk Batik Air walaupun sama-sama melayani penerbangan full service.
Presiden Direktur Garuda Indonesia Emisyah Satar mengatakan, munculnya maskapai-maskapai penerbangan baru akan menjadi tantangan bagi Garuda Indonesia untuk semakin kreatif dan kompetitif.
"Kita lihat pasarnya berkembang dan mau tidak mau konsumen juga bisa memilih sehingga kita pun punya Citilink di LCC (maskapai penerbangan murah), ya tidak apa-apa. Bagi kita kompetisi itu membuat orang lebih kompetitif dan kreatif, sehingga kita akan bekerja lebih keras," kata Emir di Sampoerna Strategic Square, Jakarta, Kamis (2/4).
Menghadapi persaingan tersebut, Garuda Indonesia telah menyiapkan beberapa strategi, antara lain adalah meluncurkan produk layanan First Class Service, dan mengembangkan jalur penerbangan ke London. "Tentunya kita akan mengimprove produk service kita, kita akan menyiapkan berikan pelayanan lebih bagus ke penumpang-penumpang kita," tutur Emir.
Selain itu, Garuda Indonesia juga akan mendatangkan sebanyak 39 pesawat tahun ini untuk mendukung ekspansi bisnis perseroan.